Senaif perasaan kita
Hujan rintik – rintik di sertai mentari yang hilang terpa awan mendung,
bagai menambah haru hati ku yang kelu. Kulihat tubuh seorang pria yang
pernah tergala dalam hati ini berjalan di bawah reruntuhan air hujan.
Dia terus saja berlalu, bagai meniadakan aku.
Dua tahun yang lalu adalah awal dari semua luka. Keangkuhannya yang
membuatku tiba – tiba terseret dalam buaian cintanya. Delapan minggu
setelah virus cintanya mulai berhembus di nafasku. Ku ungkapkan semua
rasa yang kian lama membara tapi saat hatiku terbang tinggi, dia mulai
terjatuh,terpuruk dan seakan tak bernyawa. Janganlah menyapa jalinan
cinta yang kutawarkan, tetapi dia malah memberikan kebencian padaku. Dan
sejak saat itu ketika bertemu dengankt tak pernah terucap sepatah
katapun dari mulutnya yang menyapaku.
Terlampau lama aku terdiam dalam kehancuran hatiku. Kini saatnya aku
mengakhiri semua ini. Sisa waktu merasakan damai di sisinya tinggal
hitungan hari. Tapi ku tak bisa lakukan apa – apa untuk ciptakan
kenangan indah saat bersamannya. Perpisahan tinggal menghitung detik.
Satu pesatu teman – teman mengucapkan perpisahan. “Hati – hati disana !
Sekolah baru dan teman – teman baru, tapi jangan lupain kita ya!!”, kata
ketua kelask kala itu.
Aku hanya mangagukan kepala saraya membendung air mata yang telah
berdesakan di keda mataku. Aku serasa semakin berat meninggalkan kela
tercintaku ini. “aku akan sangat merindukan kalian”. Kataku yang suara
yang berat. Tapi kukatakan melihat dia di antara mereka, di mana dia
berada? Dia belum tampak juga. Tas ranselnya masih utuh di meja beserta
buku yang masih terserakan. Ku liat dia memasuki kelas, akupun segera
menundukan kepala. Ku curi pandang dengan memperhatikan dia. Tanpa
medangku sedikitpun, dia berlalu dari pandanganku rasanya hatiku ini
telah hancur berkepi – keping benarkah dia sama sekali enggak peduli
denganku? Oh . Tuhan kenapa tak kau percikan serpihan benci dalam hati
ini. . . .?
Kutelusuri jalan setapak, lalu langkah kakiku kuhentikan.
Diatas sebuah bukit yang berada tak jauh dari rumahku. Ku pandang
langit malam yang penuh bintang. Entah dari mana datangnya dia, tiba –
tiba saja telah berada tegak disampingku suasana masih bening, serta
lidahku telah enggan bicara. “aku masih ingin melihatmu esok dan lusa.”
ia mula berkata, nada suaranya terdengar berat miris.
Lidahku masih saja baku aku tetapi pandangi langit luas seakan tak
peduli dengan keradaannya. Dia sandarkan diriku dalam pelukannya.
“maafkan aku selama ini menyakitimu. Mungkin memang tak bisa ku pungkiri
kalau selama ini aku sayang kamu.” sambungku lirih. Tetes demi tetes
air mataku mengalir.
Ku rasakan hangat pelukannya . Aku ingin tidur selamanya dalam
pelukanya. Aku ingin selalu seperti ini, aku ingin bersamanya. Entah apa
yang terjadi padaku kulepaskan tangannya dari tubuhku. Dan berjalan
pergi meninggalkannya “I LOVE YOU with all my heart for me. Kata itu
terucap lirih dari bibirku. Ku tinggalkan dia yang terpaku terjebak
pesona malam. Demi kenaifan cinta yang pernah kita rasa biarlah ku
akhiri semua ini.
0 komentar: